ISLAMIC PARENTING
(Pengasuhan Anak Dalam Islam)
Anak adalah anugerah terindah yang
harus kita syukuri yang diberikan oleh Allah dan pelengkap manusia ketika sudah
berumah tangga, jika seorang laki-laki dan perempuan sudah menikah tetapi belom
dikaruniai anak maka belum lengkap rasanya. Rasa syukur yang dapat dilakukan
oleh kedua orang tua adalah dengan mengasuh, menyayangi, mencintai dan
memberikan pendidikan yang layak untuk anaknya. Anak bukan hanya anugerah
terindah yang diberikan oleh Pencipta tetapi juga titipan Allah yang diberikan
kepada orang tua yang layak dan siap untuk mengasuh anak tersebut. Anak baru
lahir kondratnya adalah suci dan anak akan tegantung pada orang tua yang
mengasuhnya kelak, seperti apa kedua orang tua itu maka anaknya juga akan seperti
mereka. Rasulullah bersabda, “setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah,
maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
( HR. Al-Bukhari).
Orang tua bertanggung jawab untuk
memenuhi kebutuhan anaknya, mengajari, mengarahkan, dan mendidik. Tanggung
jawab orang tua meliputi tanggung jawab keimanan, materi, fisik, moral, akal,
kejiwaan, sosial, dan seks. Tanggung jawab inilah yang disebut bentuk
pengasuhan. Tujuan dari pengasuhan itu sendiri adalah untuk membentuk anak-anak
menjadi manusia yang sehat, cerdas, berkarakter mulia, berakhlak serta mampu
menjadi generasi kuat bukan generasi yang lemah dan memiliki masa depan yang
cerah. Agar semua ini terwujud maka orang tua harus mengetahui dan menerapkan
pola asuh yang benar sesuai dengan tahapan perkembangan anaknya yang tentunya
berlandaskan syariah islam yang telah diajarkan oleh Rasulullah dalam berbagai
sunnahnya. Orang tualah yang berperan penting untuk mengarahkan kehidupan anak
tersebut, mengarah kepada kebaikan atau keburukan, mengarah pada kecerdasan
atau kebodohan, mengarah pada akhlak mulia atau akhlak jahiliah. Peran orang
tua tidak hanya ibu namun ayah juga sangat berpengaruh dalam mengasuh anaknya,
dan hampir setiap waktu anak akan selalu bersama orang tuanya. Seperti sabda
Rasullullah, “ seoranglelaki adalah pemimpin dalam keluarganya dan ia
bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Dan seorang wanita juga pemimpin
dirumahnya dan ia bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” (HR. Al- Bukhari
dan Muslim).
Bangsa Indonesia saat ini sudah
mulai menipisnya akhlak pada setiap anak dan generasi muda. Sehingga pengasuhan
dalam Islam bisa menjadi salah satu solusinya. Pada masa anak-anak sangat
penting untuk membentuk karakter anak. Anak sedang berada pada masa keemasan (golden
age) dan keberhasilan pengasuhan pada usia emas ini sebagai penentu
keberhasilan anak dimasa remaja dan dewasanya sehingga nanti akan menghasilkan
anak-anak yang beakhlak mulia dan mampu menjadi generasi emas dengan membawa
cahaya kegemilangan bagi bangsa ini.
Menurut Drajat (1985), pola asuh
secara islam adalah satu kesatuan yang utuh dari sikap dan perlakuan orang tua
terhadap anak yang masih kecil dalam mengasuh, mendidik, membina, membiasakan,
dan membimbimbing anak secara optimal berdasarkan Al-Qura’an dan Sunnah
Rasulullah SAW. Pola asuh dibentuk dengan tujuan untuk menghasilkan
kompetensi-kompetensi tertentu pada anak. Ketika orang tua berinteraksi dengan
anaknya dalam pengasuhan ini orang tua haruslah cerdas mengetahui perkembangan
anaknya yang meliputi kompetensi akidah dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, kompetensi akhlak (moral), kompetensi fisik, kompetensi motorik,
kompetensi akademik, serta kompetensi sosial-emosi. Dan didukung dengan
pendidikan tang berlandaskan agama Islam.
Ada empat tahap bagaimana mendidik
anak mengikut sunnah Rasulullah SAW sebagaiberikut:
Umur anak-anak 0-6 tahun.
Pada tahap ini, Rasulullah s.a.w
menyuruh kita untuk memanjakan, mengasihi dan menyayangi anak dengan kasih
sayang tanpa terbatas. Berikan mereka kasih sayang dengan bersikap adil
terhadap setiap anak-anak.Tidak boleh dipukulsekiranya mereka melakukan
kesalahan walaupun atas dasar untuk mendidik. Sehingga, anak-anak akan lebih
dekat dengan kita. Anak-anak akan merasa aman pada usia kecil mereka karena
mereka tahu (ibu bapak) selalu ada disisi mereka setiap waktu.
Umur anak-anak 7-14 tahun.
Pada tahap ini orang tua harus
menanamkan nilai disiplin dan tanggung jawab kepada anak-anak. Menurut
hadits Abu Daud, “Perintahlah anak-anak kamu supaya mendirikan shalat ketika
berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat ketika
berumur sepuluh tahun dan asingkanlah tempat tidur di antara mereka (lelaki dan
perempuan).” Pukulan bukanlah untuk menyiksa, hanya sekadar untuk mengingatkan
anak-anak. Sehingga, anak-anak akan lebih bertanggung jawab pada setiap
perintah terutama dalam mendirikan sholat. Ini adalah waktu yang tepat bagi
orang tua untuk membangun kepribadian dan akhlak anak-anak mengikut acuan
Islam.
Umur anak-anak 15- 21 tahun.
Pada tahap remaja yang penuh sikap
memberontak. Pada tahap ini, orangtua sebaiknya mendekati anak-anak dengan berteman
tau berkawan dengan anak-anak. Sering berkomunikasi dengan mereka tentang
sesuatu yang mereka hadapi. Jadilah pendengar yang setia kepada mereka. Jangan
memarahi anak-anak tetapi gunakan pendekatan. Mereka tidak akan terpengaruh
untuk keluar rumah untuk mencari kesenangan lain karena kebahagian dan
kesenangan sudah ada di rumah bersama keluarga.
Umur anak 21 tahun dan ke atas.
Tahap ini adalah masa orang tua
untuk memberikan sepenuh kepercayaan kepada anak-anak dengan memberi kebebasan
dalam membuat keputusan mereka sendiri. Orang tua hanya perlu memanantau,
menasehati dengan selalu berdoa agar setiap tindakan yang anak-anak ambil
adalah betul. Orang tua harus sering menasihati mereka, kerana kalimat nasihat
yang diucap sebanyak 200 kali atau lebih terhadap anak-anak mampu membentuk
tingkah baik seperti yang orang tua inginkan.
Dengan demikian mendidik dan membina
anak menurut ajaran Islam dan as-sunnah merupakan suatu cara yang dikehendaki
oleh Allah agar anak-anak kita dapat terjaga dari siksa api neraka. Curahkan
kasih sayang dengan bermain bersama mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar